Oleh: Dr. Mohammad Usman Syam, M. Pd.I
Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, guru harus memiliki beranekaragam kompetensi yang diperlukan untuk memberikan pencerahan, arahan, keteladanan, bimbingan dan pendampingan terhadap peserta didiknya, sebab dalam dunia pendidikan bukan hanya membutuhkan potensi otak kiri atau IT saja dengan kaya teori klasik sampai teori kekinian, tetapi bagaimana peserta didik memiliki potensi uluhiyah/ ketuhanan sehingga dapat mengaplikasikan otak kiri ke otak kanan yang disebut dengan ubudiyah
Memandang hal tersebut maka perlu adanya guru yang teladan dari segala sudut dan arah selain itu, dibutuhkan karakter yang multitalenta , tentunya memiliki sikap yang tawadhu' disiplin, cakap, cerdas, wara' dan peduli pada peserta didiknya sehingga guru tersebut selalu merasa punya tanggung jawab, dan responsif artinya senantiasa memahami karakteristik peserta didiknya. Jika semua kompotensi ini betul- betul diterapkan oleh guru maka peserta didik merasa nyaman dan selalu menyenangi guru tersebut bahkan setelah pensiun dan alih prefesipun, namanya termaktub dalam hati peserta didiknya, guru seperti ini yang biasanya menjadi guru yang selalu dirindukan
Guru yang dirindukan itu sebenarnya tidak ada perbedaan dengan guru pada umumnya, namun yang membedakan hanyalah sebagian kecil saja salah satunya adalah a.Penyampaian mata pelajaranya, b.Pengambilan literatur,c.BerInovasi dengan melihat situasi,d.Selalu memberi motivasi e.Menghargai peserta didiknya sebagaimana menghargai dirinya, f.Mendidik dengan hati, g. Berbahasa halus. Hal ini perlu dilakukan tentunya berawal dari kegiatan pembelajaran di kelas, lalu diaplikasikan di luar kelas, dan apabila guru mampu memaksimalkan potensi peserta didiknya hingga tujuan dari pendidikan bisa tercapai, yaitu memanusiakan manusia, maka tercapai pula guru yang dirindukan.
Pada hakikatnya menjadi guru yang dirindukan itu mudah yaitu mampu berkomiitmen dan menjadi teladan yang baik, artinya tidak hanya menguasai materi secara efektif, logis, dan produktif, tetapi mereka menerapkan semua itu melalui keteladanan yang baik, sebagaimana pepatah jika guru kencing berdiri maka muridnya kencing berlari, atau peribahasa digugu dan ditiru, namun dewasa ini ada yang hanya menyuruh berbuat, tetapi tidak bisa berbuat, meyuruh sopan, tetapi tidak sopan. Maka jika ini yang terjadi tentu sebaliknya yaitu kesulitan menjadi guru yang dirindukan peserta didikanya.
Di dalam pendidikan Islam ada beberapa pandangan untuk menjadi guru yang teladan, professional, dan dirindukan yaitu bagaimana guru itu tidak hanya berfungsi sebagai ustadz, mua’allim, mudarris, Ialah orang yang berkomitmen pada profesionalisme, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, memberikan pitunjuk, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerjanya serta bersikap improvement. Atau menjadi orang yang menguasai bidang ilmu dan mampu mengembangkan dan menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuannya, internalisasi serta implementasi (amaliah) yang menuju kehidupan yang hakiki., tetapi bagaimana guru itu juga memfungsikan dirinya sebagai Mursyid, Muaddib, dan Murabbi yaitu orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat panutan, teladan, dan konsultasi bagi peserta didiknya.
Oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan menyiapkan peserta didiknya untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban di masa depan, mendidik dan mengarahkan baik didikan secara jasmani(sains) maupun ruhani, dimana guru itu bertanggung jawab dalam potensi IPTEK dan IMTAQ. Begitu pula guru termasuk salah satu faktor kunci dalam menentukan kualitas dan keberhasilan proses pembelajaran peserta didik serta memiliki kualitas kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan mampu berperan sebagai salah satu agen perubahan (agent of change) maka oleh karena itu Guru diharapkan tetap konsisten dalam mengajar, membimbing dan mendidik siswa untuk mengembangkan kualitas intelektual, emosional dan spiritualnya dengan prinsip Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarso Sung Tulodo sehingga capaian guru beserta peserta didiknya sampai kepada firman Allah
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"(QS. Al-Baqarah:201)
Jika penerapan guru pada peserta didiknya mencapai target ini, mak guru itu termasuk pada konteks “Menjadi Guru Yang Dirindu”
0 Comments